Kontroversi E-sport di asia

Mengamati kontroversi di dunia eSport Asia

x-thumb-lol-72913
Sumber: PCGamer.com
Sumber: PCGamer.com
Baru-baru ini skandal Elo boosting oleh Monster Gaming dipublikasikan lewat pengakuan Jungler Song “Monster Demeter” Woo Jae, salah satu pemain League of Legends (LoL) dari Monster Gaming. Menurut pengakuannya, Monster Gaming menjanjikan kesempatan bagi timnya untuk menjadi pemain profesional, yang ternyata hanyalah sebuah kebohongan. Meskipun mereka diberikan markas untuk berlatih, mereka hampir tidak pernah berlatih dengan tim lain dan lebih sering dipaksa untuk melakukan Elo boosting. Di game LoLElo boosting adalah ketika seorang pemain dengan level tinggi memainkan akun orang lain untuk meningkatkan Elo akun tersebut. Cara ini dianggap sebagai pelanggaran aturan oleh Riotkarena akan merusak sistem matchmaking dan membuat game menjadi tidak menyenangkan bagi pemain lain (bayangkan ketika Anda harus bermain bersama pemain yang kemampuannya jauh lebih buruk dari Anda).
Sebagai penggemar dan pendukung eSport, saya awalnya khawatir ini akan memberi dampak buruk bagi dunia eSport. Para pemain profesional yang ingin berprestasi misalnya, mereka akan merasa takut bernasib sama dengan Demeter dan timnya. Orang lain mungkin hanya akan melihat dunia game profesional sebagai sesuatu yang negatif. Seperti kata pepatah, “karena nila setitik, rusak susu sebelanga”.
Menurut artikel ini, eSport lahir pada bulan Juni 1997 ketika Microsoft menjadi sponsor untukturnamen Red Annihilation Quake. Di lain pihak, Wikipedia menyatakan bahwa sejak pertama kali video game dibuat dan dikembangkan, para pemainnya sudah mulai bermain secara kompetitif. Pada tahun 1980, Atari mengadakan turnamen Space Invaders dan mengumpulkan lebih dari 10.000 orang peserta. Namun, di tahun berapapun eSport dimulai, saya yakin kita semua setuju bahwa eSport sudah ada di Asia sejak lama dan sudah menempuh banyak hal, termasuk skandal dan kontroversi. Ya, skandal Elo boosting dari Monster Gaming bukan berita kontroversial pertama yang muncul di Asia. Berikut adalah dua skandal besar lainnya:

1. Warcraft 3 – skandal peta di MBC Prime League (Maret 2005)

Pada Maret 2005, terjadi skandal peta di MBC Prime League untuk cabang game Warcraft 3 (WC3). Seluruh perkara ini diangkat oleh Lee “Dayfly” Joong Heon setelah ia menemukan modifikasi yang tidak adil di peta dalam game di Prime League. Ketika menyaksikan rekaman pertandingan semifinal, Jang “Moon” Jae Ho dan Dayfly menyadari bahwa tim yang menggunakan Orc, salah satu ras di game WC3 menjadi yang sangat kuat di pertandingan itu. Saking kuatnya sampai-sampai mereka hampir tidak kehilangan hit points (HP).
Dayfly berhasil mendapatkan rekaman beserta peta yang digunakan di turnamen tersebut. Dengan bantuan seorang programer, ia menemukan bahwa peta tersebut memang dimodifikasi sehingga lebih menguntungkan bagi tim yang memainkan ras Orc dan merugikan bagi tim yang memainkan ras Night Elf. Dayfly mencurigai produser turnamen tersebut, Jae-Young Jang sebagai pelakunya sampai kemudian terbukti benar. Jae-Young Jang pun sudah mengaku dan meminta maaf atas perbuatannya. Ia mengakui bahwa karena adanya tekanan persaingan media, ia melakukan kecurangan agar turnamen yang diadakan lebih menghibur dan menarik perhatian. Imbasnya, Jang tidak boleh lagi terlibat dalam program apapun dari MBC. MBC juga mengeluarkan pernyataan maaf untuk semua pemain yang terlibat.

2. StarCraft – skandal pengaturan hasil pertandingan (Mei 2010)

Skandal pengaturan hasil pertandingan pada tahun 2010 merupakan insiden terbesar yang melibatkan beberapa pemain profesional, dimana mereka mengatur hasil pertandingan demi mendapatkan uang. Para pemain ini dibayar oleh situs taruhan untuk mewujudkan hasil tertentu dari sebuah pertandingan, atau memasang taruhan untuk tim lawan, sehingga mereka dengan sengaja bermain buruk dan kemudian kalah. Meskipun rumor mengenai kejadian ini mulai disadari pada bulan April 2010, perlu sebulan untuk membuktikan kebenarannya.
Skandal ini mulai terungkap ketika Waxangel membuat post di sebuah forum online pada bulan April 2010, yang kemudian diikuti oleh post lainnya oleh Rekrul. Dalam sebuah video yang sudah ditarik oleh YouTube, Rekrul juga menjelaskan bahwa ia mulai mengetahui masalah pengaturan hasil pertandingan ini. Sebulan kemudian, skandal ini akhirnya terbukti berkat situs berita Korea dan bahkan diliput oleh BBC. Pada akhirnya, 16 orang, termasuk 11 orang pemain profesional, ditangkap dan diberi hukuman.
Sumber: TeamLiquid.net
Sumber: TeamLiquid.net

Apa arti dari semua ini

Saya tidak mengatakan bahwa kita tidak perlu khawatir terhadap skandal dan kontroversi. Saya juga tidak mengatakan bahwa skandal dan kontroversi yang ada saat ini bisa menghancurkan dunia eSport Asia. Memang benar bahwa masalah ini perlu mendapat perhatian khusus bukan hanya dari pemain dan komunitas, tapi juga dari pihak penyelenggara dan sponsor, seperti halnya bagaimana dunia olahraga menanggapi masalah kecurangan. Tapi bagaimanapun juga, skandal-skandal yang ada serta mereka yang terlibat tidak seharusnya dianggap sebagai sesuatu yang menghancurkan LoL ataupun dunia eSport di Asia.
Kembali ke skandal dari Monster Gaming, saya tidak mengatakan bahwa ini akan menghancurkan dunia eSport di Korea. Anda boleh setuju (ataupun tidak) bahwa LoLbukanlah salah satu game paling populer di Korea layaknya StarCraft dan WC3. Tapi ketika skandal ini terkuak, terlepas dari bagaimana masa depan dan citra dunia eSport, orang-orang mulai merasa khawatir, berpaling, dan kehilangan kepercayaan.
Namun, kita tidak selalu bisa mencegah atau tidak menyangka akan terjadinya kejadian buruk seperti kontroversi di atas. Akan selalu ada orang atau sesuatu yang merusak sesuatu yang bagus.
Skandal Monster Gaming sampai saat ini belum selesai. Tapi, mengutip dari artikel di TeamLiquid.net, saya suka tanggapan dari para pemain yang terlibat.

Comments

Popular posts from this blog

TKINTER TUTORIAL | Login | Python

tugas 1 PBI : SUMBER DAYA MANUSIA DAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL WIRAUSAHA

Laporan Perjalanan TMII